HOME
Blog  

Apoteker Malu Berkomunikasi (?)

Malu komunikasi

SEORANG pemuda memarkirkan sepeda motornya di depan apotek, kemudian melangkah menuju etalase depan apotek.

Sementara di dalam apotek, seseorang melangkah menuju bagian paling belakang apotek untuk bersembunyi. Malu berkomunikasi. Siapakah dia?

Pernahkah kita melihat kondisi tersebut? Kondisi dimana seorang apoteker malu untuk bertemu dengan pasien. Malu berkomunikasi.

Dia tidak mau berkomunikasi akibat sedari kuliah tidak dibiasakan berkomunikasi dengan orang asing.

Padahal, pekerjaan kefarmasian di era sekarang ini identik dengan bertemu orang-orang yang sebelumnya tidak dikenal.

Jika dulu kita mengenal product oriented, sekarang apoteker akan lebih berfokus pada patient oriented.

Apoteker memberikan pelayanan langsung kepada pasien. Salah satu skill yang harus dikuasai adalah kemampuan berkomunikasi.

Saat berpraktik, apoteker tidak hanya berkomunikasi dengan pasien, tetapi juga dengan rekan sejawat dan profesi kesehatan lainnya.

Skill satu ini tidak tiba-tiba muncul saat selesai sumpah apoteker, melainkan perlu dilatih sejak dini.

Sejak mulai kuliah S1 Farmasi seharusnya sudah mulai dibiasakan dan memberanikan diri untuk berkomunikasi.

Ini menjadi PR terbesar di bidang kefarmasian, sebab tidak hanya apoteker, tenaga vokasi farmasi (dulu tenaga teknis kefarmasian), masih banyak yang belum menguasai cara berkomunikasi yang baik dan benar.

Tidak ada waktu terlambat untuk belajar. Belajarlah berkomunikasi, jika sekarang kita masih malu berkomunikasi.

Coba latih dan biasakan agar komunikasi bukan sesuatu yang menakutkan di mata seorang apoteker.

Satu kata kunci agar terbiasa berkomunikasi yakni jam terbang. Semakin banyak kita mengasah kemampuan berkomunikasi maka akan semakin mudah kita berkomunikasi dengan siapa pun, kapan pun dan di mana pun.

Komunikasi menjadi kemampuan yang sangat penting dan wajib dikuasai oleh tenaga kefarmasian di zaman sekarang ini.

Ketahuilah bahwa kesulitan atau mau berkomunikasi dengan pasien tidak hanya dirasakan oleh satu orang apoteker.

Apoteker yang lainnya pun sama, tetapi mereka memilih untuk tidak berdiam diri, belajar berkomunikasi secara langsung. Tidak hanya sebatas mengetahui teori-teori.

Belajar agar tak malu berkomunikasi dimulai dari hal-hal yang kecil, melawan diri sendiri dari ketakutan dalam diri.

Jangan takut untuk berkomunikasi, walaupun salah maka akan menjadi pelajaran berharga di masa depan.

Dari kesalahan kita akan belajar menemukan sesuatu yang benar, serta kita bisa mengoreksi diri, sudah sebatas apakah kemampuan komunikasi saya selama ini?

Exit mobile version