JAKARTA, IAINews – Walau program JKN juga menyediakan layanan gigi, namun nyatanya hanya 2 persen peserta JKN yang memanfaatkan layanan gigi.
‘’Peserta JKN di Indonesia sudah mencapai angka 97 persen, tapi sayangnya dari jumlah tersebut tidak lebih dari 2 persen yang memanfaatkan layanan gigi. Ini sungguh sangat disayangkan,’’ ungkap Dr drg Julita Hendrartini, M.Kes, AAK, Ketua Asosiasi Rumah Sakita Gigi Mulut Pendidikan Indonesia (ARSGMPI) menjawab pertanyaan wartawan mengenai stigma mahalnya perawatan gigi, saat konferensi pers Bulan Kesehatan Gigi Nasional yang digelar oleh Unilever Indonesia melalui brand Pepsodent nya.
Menurut drg Julita, seharusnya stigma bahwa pelayanan dokter gigi mahal sudah tidak ada lagi.
Sebab dengan program Jaminan Kesehatan Nasional, para peserta JKN dapat memanfaatkan layanan gigi secara gratis.
‘’Peserta JKN dapat melakukan pemeriksaan gigi rutin ke dokter gigi tanpa harus mengeluarkan biaya lagi, karena sudah ditanggung oleh program JKN tersebut,’’ lanjut drg Julita.
Ia kemudian berharap, masyarakat dapat lebih rutin dan memperhatikan kesehatan gigi dan mulutnya, dengan memanfaatkan layanan gigi dengan datang ke klinik gigi menggunakan program JKN.
‘’Kita semua berharap, dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya perawatan gigi dan mulut, maka target Indonesia bebas karies gigi di tahun 20230 akan dapat tercapai,’’ ungkap drg Julita.
Menutur drg Julita, caries gigi memang merupakan persoalan terbesar yang dihadapai masyarakat Indonesia saat ini. Karies gigi atau gigi berlubang, bila tidak diatasi dengan baik, akan sangat mengganggu aktivitas dan produktivitas penderitanya.
‘’Seringkali karies gigi ini tidak disadari oleh masyarakat bila tidak melakukan pemeriksaan rutin. Karena itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan gigi secara rutin tiap 6 bulan sekali,’’ kata drg Julita.
Mengenai caries gigi, Prof drg Suryono, SH, MM, PhD, ketua AFDOKGI (Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia) berbagi mengenai hasil studi pada pemain sepakbola di Inggris.
‘’Studi terhadap 187 pemain sepakbola profesional di Inggris menemukan, 37 persen pemain memiliki karies gigi aktif, 53% mengalami erosi gigi, dan 5% menderita penyakit periodontal yang tidak dapat disembuhkan, sehingga giginya harus dicabut,’’ ungkap Prof Suryono.
‘’Akibatnya, 45% merasa terganggu dengan kondisi ini, dan 27% melaporkan dampak negatif terhadap kualitas hidup ataupun performa di lapangan,’’ ungkap Prof Suryono.
‘’Maka, kesehatan gigi dan mulut mereka harus senantiasa dijaga, salah satunya dengan memanfaatkan layanan gigi dengan pemeriksaan secara rutin ke dokter gigi,” jelas Prof Suryono.