Berita Terkini
Silahkan hubungi Redaksi IAINews melalui email : humas@iai.id
HOME

Bahasa Indonesia Sebagai Jembatan Komunikasi Dalam Pelayanan Kefarmasian: Fakta Atau Tidak Berdasar?

Istock

NEGARA Indonesia dikenal dengan keberagamannya, mulai dari suku, agama, ras, budaya, hingga bahasa.

Setiap suku memiliki bahasanya tersendiri atau biasa kita sebut ‘bahasa daerah’.

Berdasar data yang disampaikan Dirjen Dukcapil Kemendagri, Teguh Setyabudi, jumlah penduduk Indonesia semester satu 2024 sebesar 282.477.584 jiwa.

Dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit, memungkinkan terjadinya pemahaman bahasa yang berbeda meski berada dinegara yang sama.

Sumber lain menyebut, berdasarkan data dari Badan Bahasa Kemendikbud RI, jumlah bahasa daerah di Indonesia adalah sebanyak 718 bahasa.

Keragaman bahasa yang ada dapat menyebabkan hambatan dalam berkomunikasi, sehingga dibutuhkan bahasa resmi, yakni Bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia sendiri sudah hadir sejak Sumpah Pemuda yang dikumandangkan pada 28 Oktober 1928.

Sebagai seorang farmasis, tanggung jawab terhadap keselamatan pasien adalah hal yang penting.

Untuk memastikan penggunaan obat berjalan dengan benar farmasis perlu menyampaikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE).

Hal ini berlaku wajib, baik diminta oleh pasien maupun tidak. Pelayanan ini bertujuan mencegah terjadinya kesalahan penggunaan obat guna memberi rasa aman pada pasien.

Hal ini dapat memberikan kepuasan dalam pelayanan dalam konteks kefarmasian.

Apoteker dan tenaga kesehatan memiliki kewajiban menyampaikan informasi yang jelas dan akurat kepada pasien sehingga dibutuhkan komunikasi yang baik antara keduanya.

Dalam komunikasi penggunaan bahasa memiliki faktor yang penting.

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak hanya mencakup tata bahasa yang tepat tetapi juga pemilihan kata yang mudah dipahami.

Penyampaian instruksi pengobatan dengan bahasa yang sederhana dapat melibatkan pasien dalam prosesnya yang berdampak pada keefektifan pengobatan.

Dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, edukasi perlu ditingkatkan lagi dalam penyebarannya.

Salah satunya, edukasi dengan memanfaatkan media. kampanye kesehatan melalui media dapat menjadi cara efektif, tentunya penggunaan Bahasa Indonesia sangat berperan penting.

Penggunaan Bahasa Indonesia dalam penyampaikan kampanye Kesehatan secara baik dan benar tidak hanya meningkatkan pelayanan kesehatan tetapi mengajak masyarakat ikut mengambil peran dalam menjaga kesehatan diri.***

Exit mobile version