Menurut Apt. Fitriana, penelitian di bidang farmakoekonomi merupakan ilmu yang menarik, baik terkait pelayanan kefarmasian, biaya, kebijakan, maupun pemilihan obat untuk formularium dan pencegahan fraud BPJS.
Perjalanan akademik Apt. Fitriana selama empat tahun menuju gelar doktor bagaikan roller coaster, mulai dari pengalaman di kampus hingga pengalaman di lahan riset.
Pengalaman yang paling berkesan adalah ketika pengambilan data di rumah sakit, yang mengharuskan Apt. Fitriana melakukan perjalanan Jogja-Jakarta. Hal ini tidak mudah, mengingat ia menyelesaikan program doktoral sambil bekerja sebagai dosen dan membagi waktu untuk keluarga.
“Tantangan terbesar dalam penelitian ini adalah pada pengumpulan dan pengolahan data. Hal ini dikarenakan data berhubungan dengan kebijakan pemerintah maupun provider asuransi kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan rumah sakit, sehingga harus hati-hati dalam penyampaian secara deskriptif,” jelas Apt. Fitriana yang merupakan Kepala Bidang Pengukuran Mutu pada instansi Badan Penjaminan Mutu.
Selain itu, tantangan lainnya adalah ketika pengambilan data penelitian, Apt. Fitriana dipindah tugaskan ke Badan Perencanaan dan Pengembangan sebagai Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan, yang sebelumnya merupakan Kepala Bidang Pengukuran Mutu di Badan Penjaminan Mutu.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Apt. Fitriana menyarankan pentingnya manajemen waktu yang baik dengan menentukan prioritas utama. “Karena saya sudah memiliki tiga orang anak, setiap akhir pekan saya prioritaskan untuk keluarga. Sebelum studi, jauh-jauh hari sudah didiskusikan dengan suami dan keluarga. Karena izin belajar, saya harus tetap bekerja sambil studi,” ujarnya.
“Saya sangat bersyukur atas pencapaian ini. Penelitian ini dapat diaplikasikan dalam dunia nyata, dan saya akan terus mengevaluasi perkembangan ilmu pengetahuan dengan mengikuti kebijakan-kebijakan baru,” lanjutnya.
Apt. Fitriana juga memberikan nasihat kepada mahasiswa farmasi yang ingin melanjutkan studi S3. “Harus menyiapkan mental, materi, dan topik riset yang matang. Studi S3 merupakan studi kepakaran, sehingga sebaiknya mencari topik riset yang tidak akan habis. Ini erat kaitannya dengan pencapaian akademik yang lebih tinggi dan memerlukan publikasi dari hasil riset yang tidak akan habis,” ujarnya.
“Bidang farmasi sangat luas, tidak hanya meracik atau membuat obat, tetapi juga dalam hal pelayanan kefarmasian yang membutuhkan kepakaran lainnya. Saya berharap akan banyak penelitian di bidang farmasi lainnya seperti farmakoekonomi, farmakoepidemiologi, farmakogenomik, dan farmakovigilance, sehingga keilmuan farmasi akan terus berkembang ke sub-sub bidang kefarmasian yang dibutuhkan untuk memenuhi standar pelayanan kefarmasian,” harap Apt. Fitriana.