HOME

Bantuan Air Bersih Terus Dilakukan di Grobogan, Jawa Tengah Menghadapi Krisis Kekeringan

png 20230731 181427 0000

 

IAINews, GROBOGAN – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah mencatat 44 desa di 12 kecamatan mengalami krisis air akibat kemarau panjang.

Data ini merupakan akumulasi desa yang terdampak kemarau hingga Sabtu (29/7/2023). Kepala Pelaksana BPBD Grobogan, Endang Sulistyoningsih, menyatakan bahwa 28 desa telah menerima bantuan air bersih, namun saat ini ada 44 desa yang membutuhkan bantuan air bersih akibat kemarau.

Krisis air yang melanda wilayah pedesaan di Grobogan telah berlangsung selama dua bulan terakhir.

Sumur tadah hujan yang menjadi sumber air utama warga telah kering, dan sungai setempat juga mengalami kekeringan.

Bencana kekeringan diprediksi mencapai puncaknya pada Agustus – September 2023.

Meskipun belum mengajukan status tanggap darurat, BPBD Kabupaten Grobogan tetap berupaya intensif mendistribusikan air bersih ke wilayah-wilayah yang terdampak.

Pada Sabtu (29/07/2023), BPBD Grobogan bekerja sama dengan para Apoteker di kabupaten tersebut untuk mendistribusikan air bersih ke kecamatan Geyer.

Apt. Siti Zulifat, M.Farm, Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Pengurus Cabang Grobogan, mengatakan bahwa bantuan distribusi air bersih akan berlanjut dengan jadwal rutin setiap hari Selasa dan Sabtu setiap minggunya.

Wilayah Bangsri dan wilayah Karanganyar akan menjadi prioritas dalam distribusi air bersih.

Bantuan tersebut bukan hanya berasal dari donasi sejawat apoteker di Grobogan tetapi juga melibatkan sejawat apoteker dari Jawa Tengah melalui bidang Apoteker Tanggap Bencana.

Namun, apt Daryono, S.Si, Wakil Ketua IV PD IAI Jawa Tengah, menegaskan bahwa distribusi air bersih hanya merupakan respon dan upaya jangka pendek.

Keberhasilan penanganan bencana kekeringan seharusnya ditandai dengan berkurangnya kebutuhan dropping air.

Desa-desa yang rawan terdampak kekeringan harus berencana untuk membuat penampungan air bersih sebagai upaya jangka panjang.

Mencari alternatif sumber mata air dan menanam pohon yang dapat menyimpan dan mendatangkan mata air juga menjadi langkah yang dapat membantu mengurangi dampak kekeringan.

Sementara itu, Daryono menegaskan bahwa droping air bersih akan tetap dilakukan sebagai upaya jangka pendek untuk mengatasi dampak kekeringan.

Meski demikian, diharapkan adanya persiapan bagi desa-desa yang rawan terdampak kekeringan dalam membuat tempat penampungan air di beberapa titik droping air guna mempercepat proses pendistribusian dan mempermudah akses warga mendapatkan air bersih.

Pembagian air bersih secara langsung dari tangki ke drigen atau ember milik warga membutuhkan waktu yang lama dan kurang efisien karena titik distribusi tersebar.

Exit mobile version