Tenggarong, IAI News — Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda (STIKSAM) melanjutkan kolaborasinya dengan Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kutai Kartanegara melalui rencana penelitian bersama.
Pertemuan yang berlangsung di Kantor BRIDA Kutai Kartanegara, Jalan Wolter Monginsidi, Tenggarong ini dihadiri oleh Ketua STIKSAM apt. Supomo, M.Si., Ketua LPPM STIKSAM apt. Reksi Sundu, M.Sc., serta para peneliti dari STIKSAM dan BRIDA yang diwakili oleh H. Masril Yunanda, S.H., beserta tim.
Dalam sambutannya, H. Masril Yunanda menyatakan bahwa riset yang akan dilakukan menitikberatkan pada inovasi berbasis teknologi terapan. “Harapannya, teknologi ini dapat memberikan manfaat langsung kepada masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua STIKSAM Supomo menegaskan bahwa kerja sama yang diawali dengan penandatanganan MoU ini merupakan langkah penting untuk kemajuan riset di Kutai Kartanegara, khususnya, dan Kalimantan Timur pada umumnya.
“Kemitraan seperti ini sangat dibutuhkan, tidak hanya dengan pihak internal, tetapi juga dengan pihak eksternal,” jelas Supomo.
Supomo juga menyampaikan rasa syukurnya atas dipercayakannya dua proyek penelitian kepada STIKSAM. “Ini adalah kepercayaan besar bagi kami, dan kami siap menunjukkan bahwa kami memiliki kapasitas dan kualitas yang mumpuni,” tegasnya.
Dalam pertemuan tersebut, dilakukan presentasi dua usulan penelitian. Penelitian pertama disampaikan oleh apt. Hayatus Sa`adah, M.Sc., dengan judul “Kajian Pemanfaatan Tanaman Lokal sebagai Bahan Kosmetik.”
Hayatus menyampaikan bahwa tren back to nature terus berkembang, khususnya dalam produk kecantikan dan pengobatan berbasis bahan alami. “Kami berharap penelitian ini dapat memproduksi kosmetik dari bahan alam Kalimantan Timur,” ujarnya.
Penelitian kedua dipresentasikan oleh apt. Siti Jubaidah, S.Far., M.Pd., dengan judul “Kajian Optimalisasi Nilai Gizi PMT Bi-Kelor dengan Bahan Berbasis Tepung Ikan Endemik Khas Borneo untuk Intervensi Masalah Anemia.”
Siti menjelaskan bahwa pemberian makanan tambahan (PMT) sangat penting untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu hamil, terutama yang berisiko mengalami kekurangan energi kronis (KEK). “Salah satu inovasi kami adalah PMT Bi-Kelor untuk mengatasi anemia pada ibu hamil,” tambahnya.
Acara ini diakhiri dengan diskusi terkait teknis pelaksanaan dan pelaporan penelitian, serta ditutup dengan pemberian kenang-kenangan dan sesi foto bersama.