Pandeglang, IAINews – Banjir besar yang melanda 13 kecamatan di Kabupaten Pandeglang menyisakan duka mendalam bagi ribuan jiwa. Namun, di tengah keprihatinan tersebut, harapan mulai tumbuh, terutama di Desa Cimoyan, Kecamatan Patia, salah satu wilayah paling terdampak. Desa terpencil ini, yang dikelilingi jalan berlumpur dan sulit diakses, menjadi saksi nyata semangat kolaborasi untuk kemanusiaan.
Minggu, 15 Desember 2024, menjadi hari yang tak terlupakan bagi warga Cimoyan. Sebanyak 600 warga mendapatkan pelayanan kesehatan gratis dari tenaga medis, termasuk dokter umum, dokter spesialis, perawat, bidan, hingga apoteker yang tergabung dalam Apoteker Tanggap Bencana (ATB) Banten. Dengan penuh semangat, 25 apoteker ATB menembus medan berat membawa obat-obatan dan logistik yang sangat dibutuhkan.
Di antara ratusan warga yang tersenyum bahagia, Encot Rasipah, nenek berusia 81 tahun, merasa lega setelah lima hari terjebak banjir. “Rumah saya terendam, badan sakit semua,” ungkapnya lirih. Setelah menerima pemeriksaan kesehatan dan obat, wajahnya kembali cerah. “Terima kasih, saya sangat senang bisa diperiksa,” ucapnya penuh haru.
Puluhan ibu hamil yang semula khawatir akan kondisi janin mereka juga mendapatkan layanan ultrasonografi (USG). Senyum ceria terpancar usai menjalani pemeriksaan, menunjukkan betapa pentingnya layanan ini di tengah keterbatasan akses pascabanjir.
Sementara itu, seorang ibu yang terluka akibat terkena paku selama banjir segera mendapat pertolongan medis. Dengan luka yang ditangani, ia mengungkapkan rasa syukurnya, “Alhamdulillah, lega sekali. Terima kasih,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Selain memberikan pemeriksaan kesehatan, ATB membagikan berbagai kebutuhan, termasuk vitamin, minyak kayu putih, bedak salicyl, serta makanan seperti kornet dan rendang super qurban. “Puluhan kaleng kami salurkan. Ini sangat membantu warga,” ujar apt. Zulhijrah, Ketua ATB Banten. “Semoga semua yang memberi maupun menerima mendapatkan keberkahan,” tambahnya.
Perjalanan menuju Desa Cimoyan bukanlah hal mudah. Puluhan kendaraan dari IOF (Indonesia Off-road Federation) Banten dan truk TNI berjibaku menembus jalan berbatu demi membawa relawan dan logistik. Meski menempuh waktu berjam-jam, semangat para relawan tidak surut.
Elda, Koordinator Relawan ATB Wilayah Pandeglang, mengungkapkan perjuangan timnya. “Kami kehujanan, jalan sulit, tapi melihat warga yang sabar mengantri membuat lelah ini terasa tidak ada artinya,” ujarnya sambil tersenyum.
Kegiatan ini tidak terlepas dari kolaborasi berbagai pihak, termasuk IDI, PPNI, PDGI, POGI, Klinik Aya dan Fafasa, serta lembaga sosial seperti SRI dan BSMI. Kebersamaan ini menjadi bukti bahwa gotong royong mampu mengatasi segala rintangan.