HOME

Minimalisasi dan Efektifitas Biaya Obat dalam Farmakoekonomi

young ill woman wearing mask scarf holding money packs capsules looking front isolated purple wall with copy space 141793 85527

UPAYA kendali mutu dan kendali biaya obat dalam pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan, terutama ketika diterapkan sistem jaminan kesehatan.

Keterbatasan anggaran biaya pelayanan kesehatan di satu sisi, namun di sisi lain dituntut agar pelayanan kesehatan tetap bermutu, menjadi pemicu agar dilakukan penilaian terhadap teknologi kesehatan (health technology assessment, HTA).

Regulasi di Indonesia yang menyangkut Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah mengatur agar biaya obat dapat ditekan, namun tidak mengabaikan mutu obat yang digunakan.

Dalam hal ini, analisis Farmakoekonomi sebagai salah satu aspek yang dinilai dalam HTA,  menjadi tools yang penting dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Analisis ini juga menjadi alat bagi pemerintah dalam menentukan obat apa saja yang akan digunakan dalam skema JKN, melalui penetapan Formularium Nasional

Pada analisis atau kajian farmakoekonomi dikenal empat metode analisis utama yang paling sering digunakan.

Karena aspek ekonomi atau unit moneter menjadi prinsip dasar kajian farmakoekonomi, hasil kajian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan masukan untuk menetapkan penggunaan yang paling efisien dari sumber daya kesehatan yang terbatas jumlahnya.

Di antara empat metode tersebut, analisis minimalisasi-biaya (Cost Minimization Analysis, CMA) adalah metode yang paling sederhana.

CMA digunakan untuk membandingkan dua intervensi (atau teknologi) kesehatan yang terbukti memiliki efek (outcome) yang sama, atau setara secara klinis. Maka yang perlu dibandingkan hanya biayanya.

Jenis atau merek obat yang menjanjikan nilai terbaik adalah yang membutuhkan biaya paling kecil per periode terapi yang harus dikeluarkan untuk mencapai efek (outcome) yang diharapkan.

Untuk membandingkan dua atau lebih intervensi kesehatan yang memberikan besaran efek berbeda, dapat digunakan analisis efektivitas-biaya (Cost effectiveness analysis, CEA).

Pada CEA, hasil pengobatan tidak diukur dalam unit moneter, melainkan didefinisikan dan diukur dalam unit alamiah, baik yang secara langsung menunjukkan efek suatu terapi atau obat.

Outcome tersebut dapat berupa intermediate outcome (misalnya, penurunan kadar LDL darah dalam mg/dL, penurunan tekanan darah diastolik dalam mm Hg) maupun hasil selanjutnya dari efek terapi tersebut atau final outcome (misalnya, jumlah kematian atau serangan jantung yang dapat dicegah, radang tukak lambung yang tersembuhkan).

Metode analisis farmakoekonomi lainnya yang juga banyak digunakan adalah analisis utilitas-biaya (Cost utility analysis, CUA).

Exit mobile version