Apoteker yang mampu menggunakan logat daerah atau gaya bahasa yang akrab dengan pasien dapat membangun hubungan komunikasi yang lebih baik, sehingga pasien merasa lebih nyaman dalam berinteraksi.
2. Mempermudah Komunikasi antar Profesional Kesehatan
Penguasaan Bahasa Indonesia juga penting dalam komunikasi antar profesional kesehatan.
Bidang farmasi tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan bidang medis lainnya, seperti kedokteran, keperawatan, dan laboratorium.
Kolaborasi antar tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk memastikan pasien menerima perawatan yang optimal.
Dalam konteks ini, komunikasi yang jelas dan efisien sangat penting untuk menghindari kesalahan dalam perawatan pasien.
Sebagai contoh, di rumah sakit, apoteker sering bekerja sama dengan dokter dan perawat untuk menyesuaikan terapi obat bagi pasien.
Jika ada perubahan dosis atau penambahan obat baru, apoteker harus mampu berkomunikasi dengan dokter dalam Bahasa Indonesia yang jelas dan tepat agar instruksi medis dapat dilaksanakan dengan benar oleh tim perawat.
Penguasaan istilah-istilah farmasi seperti dosis obat, efek samping obat, waktu penggunaan obat dan sebagainya dalam konteks Bahasa Indonesia juga sangat penting untuk memastikan tidak ada kesalahpahaman antar tenaga medis.
Hal ini menjadi lebih krusial dalam kondisi-kondisi kritis, seperti penanganan pasien gawat darurat atau pasien dengan kondisi kompleks.
Kesalahan komunikasi sekecil apa pun dapat menyebabkan malapraktik atau ketidakefektifan pengobatan yang berakibat fatal.
Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa semua tenaga kesehatan harus mampu menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik agar komunikasi berlangsung lancar dan efektif.
3. Pentingnya Komunikasi dengan Pihak Regulator
Di Indonesia, setiap produk farmasi dan obat-obatan harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Hal ini mencakup penyusunan dokumen terkait persetujuan obat, perizinan, pelaporan efek samping, hingga distribusi produk ke masyarakat.
Semua dokumen tersebut harus ditulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Kesalahan penulisan atau ambiguitas dalam dokumen resmi dapat menyebabkan tertundanya persetujuan atau bahkan penolakan produk farmasi.
Bahkan dalam beberapa kasus, ketidakjelasan dokumen yang berisi intruksi atau deskripsi produk bisa berujung pada kesalahan penggunaan obat di tingkat apotek atau rumah sakit.