JAKARTA, IAINews – Dilantik bersama sejumlah pejabat lain, kini Taruna Ikrar sebagai Kepala BPOM yang baru menggantikan Penny Lukito memiliki 5 catatan soal pengawasan obat dan makanan yang harus ia selesaikan.
Taruna Ikrar dilantik sebagai Kepala BPOM pada Senin, 19 Agustus 2024 lalu. Sebelumnya jabatan LPT Kepala BPOM diemban oleh Dr apt Rizka l Andalusia yang merangkap sebagai Dirjen Farmalkes Kemenkes RI.
Kepada wartawan usai pelantikan, dr. Taruna Ikrar, M.Pharm., MD., Ph.D. menyampaikan, dirinya mendapat amanat dari Presiden Joko Widodo untuk menyelesaikan sejumlah masalah penting seputar pengawasan obat dan makanan di Indonesia.
Menurut Taruna Ikrar sebagai Kepala BPOM, ada lima persoalan penting di bidang pengawasan obat dan makanan yang ia janjikan upaya perbaikannya.
Kelima hal tersebut menyangkut regulasi harga obat, koordinasi antar lembaga, inovasi, regulasi produk baru dan standar global.
Sebagaimana ramai diperbincangkan beberapa waktu lalu, pesan pertama Presiden Jokowi kepada Taruna Ikrar sebagai Kepala BPOM adalah menyangkut harga obat di Indonesia.
Taruna Ikrar mengatakan, harga obat di Indonesia tergolong sangat mahal dibanding dengan negara-negara tetangga.
Berdasarkan temuannya, diketahui mahalnya harga obat dikarenakan obat terbagi tiga. Ada obat paten, ada obat generik, dan ada yang berjenis di antara keduanya.
‘’Saya melihat hal itu perlu diregulasi dengan baik,’’ ungkap Taruna Ikrar.
Pada kesempatan itu, Taruna Ikrar mengatakan, koordinasi antar lembaga adalah hal yang sangat penting.
Taruna Ikrar memastikan, Badan POM tidak bisa berjalan sendiri dan selalu berkoordinasi dengan BPJS, dengan Kementerian Kesehatan, dan asosiasi-asosiasi farmasi, asosiasi perusahaan obat, asosiasi perusahaan makanan, dan sebagainya.
‘’Koordinasi antar lembaga ini perlu ditingkatkan,’’ tukas Taruna Ikrar.
Mengenai inovasi di Indonesia, Taruna Ikrar melihat harus makin didorong. Ia melihat, banyak obat baru, produk inovasi dan produk biologi yang sudah disahkan di berbagai negara di dunia, seperti di Eropa dan Amerika, namun belum masuk ke Indonesia.
‘’Sudah bertahun-tahun beredar di negara lain, tapi belum juga masuk ke Indonesia, itu menyebabkan harga obat semakin mahal,’’ ungkap Taruna Ikrar.
‘’Maka aspek jangkauan perlu diupayakan secara spesifik. Harapannya, obat terkait bisa didapat dengan harga lebih terjangkau,’’ terang Taruna Ikrar.
Guna menjawab tantangan ketiga, Taruna mendorong adanya inovasi dalam konteks uji obat.
Menurut Taruna Ikrar, dalam uji obat terdapat uji klinis fase 1, 2, 3 yang menjadi golden gate standar.