Dengan pendekatan in silico, ia menemukan bahwa senyawa alkaloid A6 dan aceteugenol dalam cengkeh memiliki kemampuan antikanker yang menjanjikan, bahkan sebanding dengan obat-obatan modern tetapi dengan efek samping yang lebih minimal.
Penelitian ini menunjukkan bahwa solusi efektif untuk kanker mungkin ada di sekitar kita, hanya perlu digali dan diuji lebih lanjut.
Dalam bidang pengendalian berat badan, Tedjo Narko dari Universitas Pertahanan mengungkapkan bahwa kopi hijau robusta yang difermentasi dengan kombucha dapat berperan dalam menurunkan berat badan.
Melalui penelitian menggunakan zebrafish, ia menemukan bahwa kombinasi ini membantu mengurangi berat badan dan indeks massa tubuh, menjadikannya pilihan menarik sebagai minuman fungsional untuk mengatasi obesitas secara alami.
Menghadapi tantangan dalam praktik medis sehari-hari, Fitri Nisa Maulania dari RS Mata Achmad Wardi menemukan sebuah inovasi dalam terapi media yang berbeda. Ia menemukan bahwa penggunaan levofloxacin setelah operasi katarak mungkin tidak selalu diperlukan.
Hasil studi retrospektifnya menunjukkan bahwa menghilangkan antibiotik ini tidak meningkatkan risiko infeksi tetapi justru mengurangi biaya perawatan.
Hal ini juga membuka peluang bagi pendekatan yang lebih hemat biaya tanpa mengorbankan keselamatan pasien.
Rangkaian penelitian ini ditutup dengan temuan Rizka Syafaatul Udzma dari Universitas Ngudi Waluyo yang menyoroti pentingnya pengawasan ketat dalam terapi obat pada pasien lanjut usia.
Studi ini menemukan bahwa interaksi obat pada pasien hipertensi geriatri bisa berakibat serius, menunjukkan perlunya perhatian lebih dalam meresepkan obat untuk kelompok ini.
Secara keseluruhan, penelitian-penelitian ini tidak hanya menghadirkan inovasi terapi medis yang menarik, tetapi juga saling terhubung dalam tujuan mereka, yakni menemukan solusi kesehatan yang lebih aman, efektif, dan terjangkau.
Dari laboratorium hingga aplikasi klinis, setiap langkah membawa kita lebih dekat pada masa depan perawatan kesehatan yang lebih baik bagi semua.***