‘’Hal tersebut akan menjadi wujud kolaborasi antar apoteker dari berbagai setingan praktik kefarmasian dan aktivitas,’’ ungkap Noffendri Roestam.
Sementara itu, dalam kesempatan sebelumnya, Heru Dwi Purnomo menekankan pentingnya digitalisasi kesehatan karena merupakan salah satu isu dalam bidang kesehatan.
Tujuan digitalisasi adalah untuk memaksimalkan, menyederhanakan dan mempermudah akses pelayanan kesehatan.
‘’Fokus Hisfarsi tahun ini adalah mempercepat program digitalisasi pelayanan,’’ ungkap Heru Dwi Purnomo.
‘’Selain itu juga mempercepat program spesialisasi layanan apoteker dan mengembangkan kolaborasi interprofesional antar tenaga kesehatan, khususnya dokter dan perawat,’’ lanjut Heru Dwi Purnomo.
Contoh digitalisasi pelayanan kesehatan yang telah diketahui umum adalah Platform SatuSehat yang diluncurkan oleh Kemenkes, sementara IAI sendiri telah memiliki aplikasi SIAp sejak tahun 2020 lalu.
Dalam pembukaan PIT dan Mukernas tersebut hadir pula Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yunita Diyah Suminar yang mengungkapkan hal yang sama.
‘’Transformasi pelayanan kefarmasian dengan digitalisasi dan spesialisasi layanan apoteker menuntut kolaborasi interprofesional tenaga medis maupun tenaga kesehatan lainnya,’’ ungkap Yunita Diyah Suminar.
Selain kegiatan Mukernas yang merupakan forum evaluasi dan penyusunan program kerja, acara ini juga disisi dengan sejumlah slot ilmiah baik berupa seminar, workshop maupun presentasi hasil-hasil penelitian.
Acara juga diramaikan dengan pameran berupa stand dari berbagai stakeholder, serta berbagai lomba diantaranya adalah Hisfarsi’s Got Talent yang dimenangkan oleh Hisfarsi PD IAI Banten.
Dalam kesempatan itu, PP IAI membuka stand khusus sebagai bagian dari pelayanan pengurus kepada anggota yang membutuhkan berbagai informasi.
Kali ini booth PP IAI mendedikasikan untuk pelayanan seputar alur pelayanan SKP yang harus dimiliki oleh apoteker sesuai UU No. 17 tahun 2023 tentang Kesehatan.***