Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90

Melestarikan Etnobotani Suku Anak Dalam: Perintisan Museum Mini Tanaman Obat

image002 1
Proses pembuatan spesimen
banner 120x600
banner 468x60

JAMBI, IAINews – Suku Anak Dalam (SAD) di Desa Pelempang, Jambi, terancam kehilangan warisan tanaman obat khas mereka akibat modernisasi. Untuk melestarikan etnobotani Suku Anak Dalam, dosen Farmasi Universitas Jambi berinisiatif mendirikan museum mini tanaman obat sebagai bentuk perlindungan dan edukasi.

Etnobotani adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan tumbuhan dalam konteks budaya, tradisi, serta penggunaannya sehari-hari.

Iklan ×

Ilmu ini mengeksplorasi bagaimana masyarakat memanfaatkan tumbuhan untuk berbagai keperluan seperti obat-obatan, makanan, upacara adat, pakaian, dan peralatan.

image001 1
Lokasi pengambilan spesimen

Gagasan pembuatan museum tanaman obat ini terinspirasi dari diskusi dengan Ustadz Heriyanto, seorang tokoh penggerak perubahan di SAD Desa Pelempang.

Ia menyampaikan kekhawatirannya atas hilangnya lahan yang sebelumnya ditanami tumbuhan obat, yang kini banyak berubah menjadi perkebunan sawit.

Ustadz Heriyanto khawatir, generasi SAD berikutnya tidak akan lagi mengenal kekayaan tanaman obat yang merupakan warisan budaya leluhur mereka.

Dengan dukungan dana Pengabdian Masyarakat dari PNBP Fakultas Kedokteran Universitas Jambi, museum mini tanaman obat mulai dirintis.

Kegiatan ini dipimpin oleh apt. Yuliawati, M.Farm, dengan anggota tim antara lain Apt. M. Rifqi Effendi, M.Farm, Dr. Indri Maharini, S.Far., M.Sc., Apt., Apt. Uce Lestari, M.Farm, serta Mahya Ihsan, S.Si., M.Si. Langkah awal yang diambil adalah membuat spesimen tanaman obat yang dikumpulkan dari alam.

Baca Juga  Kampung ASK ME Dagusibu, Kontribusi Nyata 69 Tahun Ikatan Apoteker Indonesia untuk Kesehatan Indonesia

Selain dosen Farmasi, proyek ini juga melibatkan dosen Biologi yang memiliki keahlian dalam determinasi tanaman. Mahasiswa turut berpartisipasi dalam pengumpulan tanaman untuk meningkatkan kepedulian mereka terhadap pelestarian lingkungan sejak bangku perkuliahan.

Pengumpulan spesimen dilakukan pada Sabtu, 28 September 2024, dengan mengunjungi hutan di sekitar tempat tinggal penduduk SAD.

Proses pengambilan tanaman dilakukan bersama para tabib Suku Anak Dalam untuk memudahkan tim pengabdian memahami cara pemanfaatan tanaman oleh masyarakat setempat.

Jenang Rubiyanto, yang bertindak sebagai penghubung antara SAD dan pihak luar, memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan ini.

Ia juga menyetujui penggunaan kantor yang kurang dimanfaatkan di dekat balai adat SAD untuk dialihfungsikan menjadi museum tanaman obat.

Yuliawati, inisiator kegiatan ini, berharap museum ini dapat menjaga kelestarian warisan tanaman obat SAD. Di masa depan, mereka juga berencana menerbitkan buku tentang pemanfaatan tanaman obat Suku Anak Dalam serta membangun kebun tanaman obat di sekitar museum.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *