HOME

Pentingnya Pharmacovigilance untuk Menjamin Keamanan Pasien

Roderic Salenga WSPV meutia faradilla
Paparan Materi Roderick Salenga, RPh, MPH, perwakilan WHO Indonesia

Bandung, IAINews – Pharmacovigilance memegang peran penting dalam menjaga kualitas pengobatan dan layanan kefarmasian. Hal ini disampaikan oleh Roderick Salenga, RPh, MPH, perwakilan WHO Indonesia, dalam acara Symposium and Workshop on Pharmacovigilance yang diselenggarakan oleh Sekolah Farmasi ITB bersama International Society on Pharmacovigilance (ISoP) Indonesia Chapter pada 21 September 2024.

WHO telah mencanangkan WHO Programme for International Drug Monitoring untuk memantau keamanan obat-obatan secara global. Program ini kini memiliki 159 anggota, dan Indonesia telah menjadi bagian dari inisiatif tersebut sejak 1975.

Pencanangan program ini dipicu oleh insiden toksisitas obat Thalidomide pada akhir 1950-an hingga awal 1960-an, yang mendorong pentingnya pengumpulan informasi sistematis tentang efek samping obat.

Sebagai contoh, pada 2021, informasi tentang efek samping vaksin COVID-19, seperti miokarditis dan perikarditis akibat vaksin mRNA, serta trombosis akibat vaksin vektor adenovirus, dikumpulkan dan dianalisis melalui pemantauan farmakovigilans. Tanpa pemantauan terus-menerus, insiden seperti ini tidak akan terdeteksi dan ditangani dengan cepat.

Pharmacovigilance sendiri adalah proses mendeteksi, menilai, memahami, dan mencegah efek samping serta masalah lain yang terkait dengan penggunaan obat.

Meskipun obat telah melalui uji klinis sebelum dipasarkan, data uji klinis memiliki batasan pada jumlah subjek dan periode tertentu. Beberapa efek samping mungkin baru terlihat ketika obat sudah digunakan oleh populasi yang lebih luas dengan kondisi biologis yang beragam.

Efek samping tersebut juga dapat muncul ketika obat dikonsumsi bersamaan dengan obat lain atau makanan, atau pada kondisi kesehatan tertentu. Oleh karena itu, pemantauan obat harus dilakukan secara berkelanjutan, dan semua efek samping yang tidak terdeteksi dalam uji klinis harus dilaporkan untuk dianalisis lebih lanjut.

Pharmacovigilance adalah bidang yang dinamis karena melibatkan interaksi antara sains, teknologi, masyarakat, dan budaya, serta antara teori dan praktik. Kolaborasi antara tenaga kesehatan dan masyarakat, terutama pasien, sangatlah penting.

Namun, di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, tantangan besar masih dihadapi, seperti minimnya pelaporan efek samping obat, keterbatasan integrasi antar sektor, serta kurangnya kesadaran di kalangan tenaga kesehatan tentang pentingnya farmakovigilans.

Selain itu, rendahnya jumlah pakar di bidang ini, kualitas pelaporan yang belum memadai, dan dukungan pemerintah yang kurang juga menjadi hambatan utama. Di banyak negara berkembang, meskipun ada laporan dari praktisi, sering kali tidak ada mekanisme umpan balik, yang menyebabkan penurunan motivasi untuk melaporkan efek samping.

Exit mobile version