MATARAM, IAINews – Apoteker Indonesia memaparkan hasil penelitiannya dalam mengevaluasi dampak kesehatan di Indonesia dengan fokus pada peran apoteker dalam meningkatkan kualitas layanan.
Hasil penelitian tersebut disampaikan para apoteker dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia (PIT IAI) 2024 yang berlangsung di hotel Lombok Raya, Mataram, Nusa Tenggara Barat, 29 – 31 Agustus lalu.
Setiap penelitian menghadirkan upaya dan strategi yang berbeda untuk mengatasi berbagai tantangan kesehatan, menyoroti bagaimana apoteker dan tenaga kesehatan lainnya berkontribusi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di masyarakat.
Penelitian Ivan Surya Pradipta dari Universitas Padjadjaran mengungkapkan pentingnya pelibatan peran apoteker komunitas dalam pendampingan pengobatan pasien infeksi laten tuberkulosis (ILTB).
‘’Meskipun di negara lain apoteker memainkan peran penting dalam pengobatan ILTB, di Indonesia belum ada program sistematis yang melibatkan mereka,’’ tutur Ivan Surya Pradipta dalam presentasinya.
‘’Studi ini mengidentifikasi tantangan seperti kurangnya pedoman, keterampilan, dan komunikasi antara apoteker dengan puskesmas,’’ lanjut Ivan Surya Pradipta.
Untuk mengatasi hal ini, disarankan peningkatan kapasitas apoteker melalui pelatihan, pengembangan pedoman, dan alokasi anggaran untuk mendukung peran mereka dalam pendampingan pengobatan ILTB.
Sementara itu, Novalab dari Ikatan Apoteker Indonesia Kalimantan Selatan mengevaluasi kompetensi lulusan program studi profesi apoteker di Kalimantan Selatan.
Penelitian ini menemukan bahwa meskipun profil lulusan sudah memenuhi standar, ada kebutuhan untuk mengintegrasikan nilai-nilai lokal dan karakteristik khas wilayah dalam kurikulum.
‘’Setiap institusi di Kalimantan Selatan memiliki fokus berbeda, seperti integrasi lahan basah dan kearifan lokal, yang memberikan keunikan pada lulusan mereka dan menunjukkan pentingnya adaptasi pendidikan apoteker terhadap kebutuhan lokal,’’ urai Novalab.
Nisa Maria dari Universitas Indonesia meneliti perubahan pola pelayanan farmasi klinik di apotek Pulau Jawa dan Sumatera selama dan setelah pandemi Covid-19.
Studi ini menunjukkan bahwa setelah pandemi, pelayanan farmasi klinik di apotek meningkat signifikan, termasuk layanan informasi obat dan konseling.
Hal ini menyoroti bagaimana apoteker dapat beradaptasi dan meningkatkan kualitas pelayanan meskipun ada pembatasan selama pandemi.
Hal ini membuktikan fleksibilitas, komitmen dan peran apoteker dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Di tingkat pelayanan kesehatan dasar, Yusransyah dari STIKES Salsabila Serang mengevaluasi implementasi standar pelayanan kefarmasian oleh apoteker di puskesmas wilayah Kabupaten Pandeglang.