‘’Apa yang dapat dilakukan oleh seorang apoteker dalam meningkatkan potensi tanaman sebagai pengobatan herbal?,’’ tanya apt. Surya Wahyudi.
Surya Wahyudi membagikan pengalamannya dalam mengelola sentra pengobatan herbal.
Ia mengembangkan pengobatan herbal terutama untuk penyakit degeneratif dan sindrom metabolik.
Prinsip manajemen terapi medikasi menggunakan komoditi bahan alam yang dilakukan oleh Surya Wahyudi adalah, pertama, dengan mengumpulkan database pasien melalui wawancara riwayat penyakit dan pengobatan pasien.
Setelah itu dilakukan penilaian atau assessment berdasarkan data penunjang seperti hasil pemeriksaan laboratorium, identifikasi penyakit, penyimpulan penyakit apa yang akan ditangani, penyusunan terap menggunakan bahan herbal, implementasi terapi, dan melakukan monitoring terhadap pasien dengan cara edukasi dan konseling.
Dalam sesi ini juga disampaikan beberapa contoh terapi diabetes dan komplikasi yang menyertainya dengan menggunakan produk herbal, baik yang menggunakan ramuan dengan cara diseduh maupun dengan menggunakan simplisia yang telah diracik menjadi sediaan kapsul.
Sementara dalam kesempatan yang sama, Imelda Ferendia menyampaikan, pengembangan terapi obat herbal di lingkungan farmasi komunitas sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih jauh dengan penekanan fungsi apoteker sebagai caregiver atau pemberi layanan yang baik.
Bahkan pengembangan ini dapat digandengkan dengan para akademisi dari universitas untuk meneliti khasiat tanaman obat yang kemudian dapat diracik untuk menjadi suatu terapi yang berdasarkan bukti yang lebih kuat (evidence-based medicine).
Potensi tanaman obat di Indonesia masih sangat besar dan sangat baik untuk dikembangkan lebih lanjut.
Maka, tugas apoteker sebagai garda terdepan dalam pemberian terapi sekaligus penjaminan mutu, kegunaan, dan keamanan produk yang digunakan dalam terapi untuk terlibat dan mengambil kesempatan pngembangan terapi menggunakan obat herbal ini.(apt. Meutia Faradilla, M,Si.)***