Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90

Peringati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Pentingnya Memprioritaskan Kesehatan Jiwa di Tempat Kerja

Kesehatan Jiwa
banner 120x600
banner 468x60

Aplikasi ini menyediakan layanan skrining kesehatan mental dan telekonsultasi.

Aplikasi ini tidak hanya dapat diakses oleh masyarakat di Jawa Timur, tetapi juga telah digunakan oleh pasien jarak jauh dari negara-negara seperti Yaman, Australia, dan Mesir.

Iklan ×

Dengan upaya ini, diharapkan lebih banyak orang berani mencari bantuan dan mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan dalam menjaga kesehatan mental.

Edukasi dan Kesadaran

Mengatasi gangguan mental di tempat kerja dapat dilakukan dengan mendorong kesadaran dan edukasi terkait kesehatan jiwa, menyediakan akses ke dukungan kesehatan mental, serta menciptakan lingkungan kerja yang mendukung.

Selain itu, penting juga untuk menerapkan fleksibilitas kerja, mempromosikan keseimbangan kehidupan kerja, dan mengadakan pelatihan manajerial.

Pentingnya edukasi mengenai kesehatan jiwa tidak dapat diremehkan. Kegiatan seperti seminar, kampanye di media sosial, dan pelatihan untuk mengenali tanda-tanda masalah kesehatan jiwa harus lebih digalakkan.

Sekolah, universitas, dan tempat kerja memiliki peran aktif dalam menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana individu merasa aman untuk berbicara tentang masalah yang mereka hadapi.

Rumah Sakit Jiwa Menur sendiri memiliki program Edukasi Keluarga (Family Education). Keluarga merupakan aspek krusial dalam perawatan pasien dengan gangguan mental.

Baca Juga  Obat Over The Counter (OTC)

Keluarga sering kali menjadi sistem dukungan utama bagi individu yang menghadapi tantangan ini.

Edukasi mengenai gangguan mental sangat penting tidak hanya untuk pasien, tetapi juga untuk seluruh anggota keluarga.

Dengan pengetahuan yang tepat, keluarga dapat menciptakan lingkungan yang mendukung dan berkontribusi signifikan terhadap proses pemulihan pasien.

“Penyakit mental ini, yang sakit bukan hanya pasiennya saja tetapi juga keluarganya, keluarga harus mendampingi, menjaga, bahkan tidak terbatas waktu,sehingga produktivitasnya pun tidak bisa 100 %,” ungkap drg. Vitria Dewi, M.Si.

Dalam kesempatan terpisah, dr. Damba Bestari, Sp. KJ, staff Divisi Psikiatri RS Universitas Airlangga dan RSUD dr. Soetomo, mengingatkan besarnya pengaruh depresi dan stress terhadap Tingkat kejadian bunuh diri.

Menurut dr Damba Bestari yang juga  wakil Perhimpunan Dokter Spesialis Kejiwaan fenomena bunuh diri juga menjadi masalah Kesehatan jiwa yang sangat membutuhkan perhatian.

Anggota Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri se-Dunia tersebut menyebutkan, 75 persen kasus bunuh diri terjadi di negara berkembang.

Ia menambahkan bahwa di negara maju, kesadaran terkait masalah ini sudah jauh lebih tinggi.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *