MATARAM, IAINews – Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) menggelar Pertemuan Ilmiah Tahunan di Mataram, pulau Lombok, dengan tema “Integrating Pharmaceutical Sciences into the Global Health System”.
Acara yang berlangsung pada hari Jumat, 30 Agustus 2024 ini menjadi ajang bagi para apoteker dan ahli farmasi untuk berdiskusi mengenai peran apoteker dalam sistem kesehatan global, terutama di era pasca-pandemi.
Salah satu sesi yang menarik perhatian Pertemuan Ilmiah Tahunan IAI kali ini adalah presentasi oleh Marsma TNI (Purn) Dr. apt. Yuli Subiakto, M.Si dari Perhimpunan Farmasi Militer Indonesia.
Apt Yuli Subiakto membahas kesiapsiagaan menghadapi penyakit infeksi pandemi di negara perbatasan.
Staf pengajar Fakultas Farmasi Militer Universitas Pertahanan RI tersebut menekankan pentingnya deteksi dini dan identifikasi terhadap ancaman biologi seperti virus anthrax dan clostridium botulinum yang dapat menjadi senjata bioterorisme.
‘’Ketahanan kesehatan global memerlukan pengaturan ketat di perbatasan negara, baik itu perbatasan laut, darat, maupun udara,’’ ujar Dr. apt Yuli Subiakto.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya peran intelijen medis dalam pengumpulan data untuk mengantisipasi ancaman penyakit menular.
Sementara itu, Apt. Dhadhang W. Kurniawan, M.Sc., Ph.D dari Perhimpunan Farmasi Saintis Indonesia, memaparkan aspek farmasetika dalam formulasi vaksin.
Apt Dhadhang menjelaskan komponen inti dari formulasi vaksin dan bagaimana integrasi teknologi canggih dapat meningkatkan efektivitas dan keamanan vaksin.
‘’Formulasi yang tepat sangat penting untuk memastikan vaksin tidak hanya aman dan efektif, tetapi juga mampu bertahan lama dalam sistem kekebalan tubuh,’’ jelas apt. Dhadhang.
Pertemuan ini juga diisi dengan sesi tanya jawab yang menghadirkan beberapa pertanyaan kritis dari para peserta.
Dalam kesempatan yang sama, Eldiza Puji Rahmi dari Prodi Farmasi UPN Veteran Jakarta menyoroti peran farmasi dalam kesiapsiagaan nasional dan global terkait ancaman kesehatan.
Sementara Prof. Firzan Nainu memberikan pertanyaan untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek samping jangka panjang vaksin, dan menanyakan mengenai bagi prajurit yang diwajibkan menerima vaksin.
Sementara itu, Iin Febrianti dari Badan POM mengangkat isu potensi kejahatan dalam distribusi vaksin, seperti vaksin palsu yang dapat mengancam kesehatan masyarakat.
Menanggapi hal ini, Dr. apt Yuli Subiakto menegaskan bahwa vaksin palsu termasuk dalam kategori biokriminal yang dapat berdampak serius pada keamanan dan kesehatan masyarakat.