‘’Sejak kasus nasopharygitis, saya merasa terpanggil untuk membantu pengobatan pasien,’’ papar apt Fitri Ayu Ningsih.
‘’Pada saat itu pasien datang tapi tidak ada obatnya, hanya diobati seadanya. Ini pula yang mendasari seorang apoteker harus lebih simpati dan empati kepada pasien,’’ lanjut apt Fitri Ayu Ningsih.
‘’Agar ketika pasien datang ke puskesmas, puskesmas bisa memberikan solusi,’’ kata apoteker lulusan Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta ini.
Kondisi itulah yang membuat apt. Fitri berpikir jika tidak ada obat kimia maka obat herbal pun bisa jadi solusi.
Dia sulap lahan kosong di pekarangan puskesmas dengan tanaman obat keluarga agar bisa digunakan sebagia obat herbal.
Inilah yang membuat puskesmas sepakat untuk membuat formula khusus. Formula khusus dari tumbuh-tumbuhan yang ada di puskesmas.
Olah tanaman tersebut dalam bentuk sediaan simplisia dan larutan. Simplisia berasal dari tumbuhan yang dikeringkan kemudian di grinder dijadikan simplisia. Sementara obat herbal berupa larutan berasal dari hasil rebusan tanaman obat yang digunakan.
Karya inovasi Pojok Ngombe meliputi: pembuatan ramuan herbal, kombinasi pengobatan antara kimia dan herbal, dan pembuatan kemasan ramuan yang lebih simpel dan praktis.
“Di puskesmas Panaan, setelah dokter mendiagonis dan memberikan resep obat kimia, dokter akan memberikan rujukan ke poli pengobatan tradisional (batra) yang langsung dihandel oleh apoteker, dengan memanfaatkan toga yang ada di pekarangan puskesmas,’’ jelas apt Fitri Ayu.
‘’Apabila tanaman yang akan dijadikan obat tidak atau habis maka saya akan mencari tanaman tersebut ke hutan,” ujar pemilik apotek Fayu Farma Plus Herbal, Tabalong.
‘’Apapun keterbatasan yang kita rasakan saat ini, dana dan waktu misalnya, kita harus mampu keluar dari keterbatasan itu cari jalan cari celah,’’ tegas apt Fitri Ayu
‘’Seperti puskesmas Panaan yang sangat terbatas ketersediaan obat kimianya, kami atasi masalah ini dengan menyediakan obat herbal,’’ terang apt Fitri Ayu.
‘’Begitu juga untuk pasien yang tidak patuh minum obat bisa diganti dengan herbal,’’ katanya.
‘’Apapun yang terjadi, walaupun waktu dan keadaan sempit pasti ada jalan. Setiap masalah pasti ada ujung dan penyelesaiannya,’’ tandas apt Fitri yang sudah tersertifikasi herbalis dasar, pratama, madya, dan utama dari BNSP RI pada tahun 2022.
Menanggapi keberhasilan apt Fitri Ayu sebagai Tenaga Kesehatan Teladan di propinsi Kalimantan Selatan, Ketua PD IAI Kalimantan Selatan, apt M Reza Pahlevi menyampaikan rasa bangganya.