HOME
Blog  

Apoteker Sebagai Decision Maker

pexels cottonbro 8667546

‘Orang yang terlalu memikirkan akibat dari sesuatu keputusan atau tindakan, sampai kapan pun dia tidak akan menjadi orang berani.” – Ali bin Abi Thalib

APOTEKER sebagai decision maker. Decision maker adalah pengambilan keputusan. Decision maker adalah salah satu skill yang harus dikuasai oleh apoteker.

Apoteker sebagai pengambil keputusan. Dikala dia dihadapkan oleh suatu kasus saat berpraktik, dia harus bisa tegas dan berani memutuskan suatu perkara.

Mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan pengetahuan dan pengalaman, tidak diambil secara sembarangan. Tidak pula berlarut-larut didiamkan sehingga tidak ada sebuah keputusan.

Kasus nyata yang kita ketahui di apotek. Saat ada pasien yang menanyakan perbandingan efektivitas obat A, obat B, dan obat C.

Apoteker harus mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan, pengalaman, ditambah dengan bukti ilmiah (evidance based), agar pasien merasa nyaman dan semakin yakin untuk mengonsumsi obat yang dipilih.

Sebelum masuk ke kasus nyata di dunia kefarmasian, kita pun dalam keseharian sudah dihadapkan dalam berbagai pilihan yang harus kita pilih untuk mengambil keputusan.

Saat mata ini terbuka dari tidur, ada dua pilihan dan harus kita ambil keputusan, apakah memilih bangun? Atau terus melanjutkan tidur?

Keputusan ada di tangan kita dan kita sendiri yang akan memilihnya.

Setiap keputusan pasti ada risiko dan manfaat, tergantung diri kita bagaimana bisa mempertimbangkan lebih banyak mana risiko atau manfaat ketika keputusan itu diambil?

Kita harus bisa bersikap tegas pada diri sendiri, agar bisa mengambil keputusan.

Ketika kita tidak bisa tegas pada diri sendiri, kita akan banyak pertimbangan tanpa dasar, munculnya keragu-raguan, dan kekhawatiran yang tidak jelas sehingga akan berpengaruh pada keputusan yang akan diambil.

Semakin banyak pengetahuan yang dikuasai, pengalaman yang dilewati, dan didukung oleh berbagai bukti ilmiah terbaru akan mempermudah seorang apoteker sebagai decision maker untuk mengambil keputusan dari berbagai kasus yang dialaminya.

Apabila dahulu cukup dengan pengetahuan dan pengalaman. Kini, ditambah dengan bukti ilmiah terbaru yang mendukung akan semakin menguatkan dan memantapkan sebuah keputusan sebelum diambil.

Pertama, pengetahuan. Pengetahuan ini yang membedakan antara orang awam (yang belum mengetahui) dengan orang yang sudah tahu.

Ketika pasien bertanya tentang obat kepada apoteker, wajarlah sebab apoteker memiliki pengetahuan yang luas terkait obat.

Namun, perlu ditekankan juga bahwa apoteker agar menamankan prinsip agar tetap dan terus belajar untuk meng-update pengetahuan yang dimilikinya.

Exit mobile version