Denpasar, IAINews.id – Baru-baru ini dunia farmasi, khususnya sisi kosmetik terutama produk skin care mendapat sorotan.
Banyaknya overclaim pada brand tertentu sehingga memberi dampak pada keselamatan pengguna, menimbulkan keresahan.
Dalam era pemasaran yang semakin kompetitif, industri farmasi tidak lagi hanya bergantung pada fakta ilmiah dan data klinis untuk memasarkan produk mereka.
Kini, pendekatan yang lebih inovatif dan ilmiah, yaitu neuro-marketing, mulai mengambil peran penting dalam strategi pemasaran.
Program Studi Farmasi Klinis Universitas Bali Internasional melaksanakan kuliah kepakaran dengan topik “The Future of Pharma Marketing: Harnessing Neuro-marketing for Better Outcomes” pada Selasa, 5 November 2024.
Kuliah pakar mendatangkan narasumber, I Gusti Kade Heryadi Angligan, SH., M.Par., yang merupakan praktisi pemasaran hospitality, dimoderatori oleh apt. Ida Bagus Nyoman Maharjana, S.Farm., M.Farm., MARS.
Apa Itu Neuro-Marketing?
Kuliah dibuka dengan pemaparan marketing secara umum, dimana dunia farmasi pun harus memahami bagaimana menjadi pemasar yang bertanggung jawab atas produk yang ditawarkan.
Lebih jauh dijelaskan, bahwa neuro-marketing merupakan studi yang memanfaatkan teknologi untuk menganalisis reaksi otak terhadap iklan dan produk.
Ilustrasi fokus mata pada iklan produk bayi (sumber: internet)
Neuro-marketing menggabungkan ilmu saraf, psikologi, dan pemasaran untuk memahami dan mempengaruhi perilaku konsumen dengan cara yang lebih mendalam.
Pada tahun 2007, tim ilmuwan dari Carnegie Mellon University, Stanford University, dan MIT Sloan School of Management menggunakan Functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI) dan Electroencephalogram (EEG), untuk mempelajari apa yang dilakukan otak manusia saat mereka membuat keputusan berbelanja.
Para peneliti menemukan bahwa mereka dapat memprediksi apakah seseorang akan membeli suatu produk dengan menggunakan pencitraan otak, yaitu melihat sirkuit saraf mana yang menyala atau menjadi gelap ketika pelanggan terpapar materi pemasaran.
Ini memungkinkan pemasar untuk memahami emosi konsumen sehingga keputusan untuk membeli terbentuk.
Manipulasi saraf seperti ini nampaknya menyeramkan, tetapi konsumen sudah terpengaruh oleh penawaran yang menggiurkan.
Hal ini sudah terekam di bawah sadar sehingga keputusan membeli menjadi impulsif.
Komponen penting dalam neuro-marketing
- Memahami Emosi (Understanding emotion)
Neuro-marketing mengeksplorasi bagaimana emosi mempengaruhi pilihan konsumen, membantu merek/brand menciptakan pesan yang lebih relevan.
- Respon Otak (Brain responses)
Teknik fMRI mengukur aktivitas otak sebagai respons terhadap iklan, produk, atau merek, memberikan wawasan tentang apa yang menarik perhatian atau membangkitkan hasrat membeli.
- Pelacakan Mata (Eye-tracking)
Metode ini menganalisis di mana konsumen melihat halaman web atau iklan, membantu pemasar memahami elemen mana yang menarik perhatian konsumen.
- Pengenalan wajah (Face recognition)
Neuro-marketing menyelidiki mimik wajah ketika konsumen berminat pada suatu produk. Mesin berbasis AI dapat digunakan untuk mengukur ekspresi wajah, kedipan mata, pelebaran pupil, dan gerakan kepala.