Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90
Blog  

Apoteker Pandai Berkomunikasi

komunikasi ilustrasi
Ilustrasi anak muda berkomunikasi
banner 120x600
banner 468x60

‘Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan terpenting yang kamu butuhkan untuk kehidupan yang sukses’ [Catherine Pulsifer]

‘’SIAPA yang ingin bertanya?,’’ tanya sang dosen

Iklan ×

Semua mahasiswa di ruangan hening. Tak ada seorang pun mahasiswa yang mengangkat tangan. Entah mereka paham atau tidak dengan penjelasan dosen, tapi kesempatan yang diberikan untuk bertanya tidak mereka gunakan secara maksimal.

Mayoritas dari mereka malu untuk bertanya, takut salah, dan khawatir menanyakan hal-hal yang dianggap biasa oleh teman-teman mereka.

Padahal, itu adalah awal mula berkomunikasi dua arah yang ingin dibangun sang dosen agar mahasiswa turut aktif dalam perkuliahan.

Kesempatan untuk mereka mengkonfirmasi ilmu-ilmu yang ditangkap saat dosen menjelaskan. Kesempatan pula untuk mereka mengasah keterampilan berkomunikasi di depan umum.

Mahasiswa farmasi salah satunya, baik itu dari tingkat DIII, S1, hingga apoteker, mereka masih tidak percaya diri untuk berkomunikasi.

Mereka takut salah. Padahal lebih baik mereka salah saat di ruang kelas daripada salah ketika berpraktik.

Ini menjadi PR bersama untuk membiasakan diri mengasah keterampilan berkomunikasi sejak menjadi mahasiswa.

Ketika sudah lulus apoteker maka komunikasi yang akan dihadapi, langsung di dunia nyata. Berkomunikasi kepada pasien, antar sesama apoteker, dan kepada tenaga kesehatan lainnya. Apakah apoteker sudah siap terjun langsung untuk berkomunikasi?

Baca Juga  Berapa Lama Obat Puyer Dapat Disimpan?

Faktanya di lapangan, masih banyak apoteker yang ragu-ragu ketika ada pasien berkunjung ke apotek untuk menebus resep atau membeli obat.

Dia malah mempersilakan tenaga vokasi farmasi yang berkomunikasi langsung dengan pasien, padahal sebenarnya tenaga vokasi pun masih minim pengalaman berkomunikasi kepada pasien.

Seharusnya apoteker yang memberikan contoh cara berkomunikasi yang baik kepada pasien.

Begitu pula di rumah sakit, sebagian besar tidak berani berurusan dengan dokter dan tidak mau visite ke pasien, khawatir salah ataupun karena kurang percaya diri.

Keterampilan berkomunikasi ini harus terus diasah mulai dari menjadi mahasiswa sampai menjadi apoteker yang berpraktik.

Kekhawatiran dan kurang percaya diri ditambah dengan penguasaan ilmu kefarmasian yang masih minim membuat diri sang apoteker semakin menjauhi komunikasi dengan  pasien dan tenaga kesehatan lainnya terutama dokter.

Apoteker harus membiasakan diri untuk berkomunikasi, baik ke sesama apoteker, ke pasien, atau ke tenaga kesehatan lainnya terutama dokter.

Sebab jika ada permasalahan di resep atau pengobatan pasien maka apoteker akan berkomunikasi dengan dokter untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

banner 325x300
Writer: apt. Aulia Rahim, M.Farm. (Tim Media Nasional IAI/ PD IAI Kalimantan Selatan)Editor: apt Dra Tresnawati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *