JAKARTA, IAINews.id – Edukasi dan vaksinasi perlu terus digalakan dalam upaya mencegah penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.
Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, semakin meresahkan warga Jakarta Selatan.
Perubahan iklim, urbanisasi, dan mobilitas manusia yang tinggi berkontribusi pada penyebaran nyamuk ini ke wilayah-wilayah baru.
Data terbaru dari Kementerian Kesehatan mencatat peningkatan signifikan kasus DBD di Jakarta Selatan.
Hingga Mei 2024, wilayah ini melaporkan 1.112 kasus, menempatkannya dalam daftar 25 kabupaten/kota dengan kasus DBD tertinggi di Indonesia.
Dalam menanggapi lonjakan kasus ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengintensifkan upaya pencegahan dan penanggulangan DBD.
Program fogging dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dilakukan secara berkala di seluruh wilayah Jakarta Selatan.
Selain itu, kampanye edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan menghindari gigitan nyamuk juga terus digalakkan.
Menyikapi situasi ini, PC IAI Jakarta Selatan mengadakan seminar edukasi dengan tema “Kolaborasi Tenaga Kesehatan dalam Penanganan DBD Terbaru”.
Edukasi pada Sabtu, 29 Juni 2024 itu dilaksanakan secara luring dan daring, dengan fokus pada manajemen terapi obat dan edukasi kepada masyarakat.
Dalam seminar ini, para apoteker dan tenaga kesehatan sepakat bekerja sama untuk meningkatkan efektivitas penanganan DBD melalui terapi obat dan edukasi.
Seminar ini dipandu oleh Dr. apt. Faridah, M.Si. dengan tiga pembicara, yaitu apt. Denti Widayanti, M.M. yang menyampaikan topik “Sosialisasi DBD” dan apt. Putu Nilasari, M.Farm. dengan topik “Peran Apoteker dalam Penanganan Demam Berdarah”.
Pembicara ketiga dr. Wibowo Negoro, Sp.PD., FINASIM dengan topik “Manifestasi Klinis, Diagnosis, Terapi & Tatalaksana pada Dengue Syok Sindrom”.
”Terapi obat dalam pengelolaan gejala DBD melibatkan penggunaan parasetamol sebagai obat penurun demam dan pereda nyeri, serta oralit untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan diare yang sering dialami pasien DBD,” tutur Denti Widayanti dalam paparannya.
Kementerian Kesehatan, yang diwakili oleh apt. Denti Widayanti, M.M., menekankan pentingnya memastikan ketersediaan parasetamol dan oralit di seluruh fasilitas kesehatan, baik di rumah sakit maupun puskesmas sebagai salah satu penanganan pertama DBD.