HOME

Polusi, Rinitis Alergi dan Peran Apoteker

pexels cottonbro 6865169

Ditulis oleh: Dr. apt. Lusy Noviani, MM

(Praktisi, Trainer dan Dosen FKIK Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya)

RINITIS alergi adalah salah satu kondisi kronis yang dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup kita, seperti sulit tidur, dan aktivitas terganggu.

Bayangkan saat sedang menikmati hari di luar ruangan atau bahkan di dalam rumah, lalu hidung kita mendadak terasa gatal, bersin terus-menerus dan tenggorokan terasa tidak nyaman.

Gangguan ini disebabkan oleh respons tubuh terhadap alergen, yang umumnya beredar bebas di udara.

Faktanya, sekitar 400 juta orang di seluruh dunia menghadapi rinitis alergi​​. Meski kondisi ini bisa terasa sepele, efeknya cukup signifikan bagi kesehatan dan produktivitas sehari-hari.

Paparan terhadap alergen dapat memicu gejala rinitis alergi, tetapi seberapa besar peran polusi udara dalam memperburuk kondisi ini?

Ternyata, sangat besar!

Ada dua jenis polusi yang berperan dalam memperparah rinitis alergi: polusi udara dalam ruangan dan luar ruangan.

Polutan yang paling sering ditemui di luar ruangan berasal dari asap kendaraan bermotor, emisi industri, dan pembangkit listrik.

Gas berbahaya seperti ozon (O3) dan nitrogen dioksida (NO2), serta partikel-partikel kecil, dapat dengan mudah terhirup dan memperparah respons alergi​​.

Kita sering kali menganggap rumah sebagai tempat yang aman, tapi polusi di dalam ruangan bisa lebih berbahaya karena kita menghabiskan sebagian besar waktu kita di dalam rumah.

Debu, jamur, asap rokok, dan senyawa organik dari produk rumah tangga adalah beberapa contoh polutan dalam ruangan yang memperparah rinitis alergi​​.

Polutan dan alergen bekerja sama merusak mekanisme pertahanan tubuh.

Ketika kita terpapar polutan, respons tubuh akan menghasilkan lebih banyak imunoglobulin E (IgE), yang memicu respons alergi berlebihan.

Polutan mengganggu fungsi pertahanan mukosilier, menyebabkan peradangan, dan merangsang sel-sel kekebalan seperti sel mast dan eosinofil​​.

Sel-sel ini kemudian mengeluarkan zat-zat kimia yang menyebabkan gejala khas seperti bersin, hidung tersumbat, dan batuk.

Apoteker memiliki peran penting dalam memberikan panduan kepada pasien mengenai terapi yang tepat. Salah satu obat yang paling efektif adalah antihistamin

 

Antihistamin H1 generasi pertama tidak hanya bekerja pada reseptor H1 perifer misalnya pada saraf sensorik dan endotel, namun juga pada reseptor H1 di sistem saraf pusat, reseptor muskarinik, serotonin, α-adrenergik, dan kanal ion jantung.

Hal ini tidak dijumpai pada antihistamin generasi kedua.

Exit mobile version