“Jika tidak ada tantangan dalam hidupmu maka tidak ada kesenangan dalam hidupmu.”
(David Tian Ph.D)
TAK terasa kita sudah berasa di awal tahun 2025. Kita jadikan setahun yang berlalu sebagai pelajaran berharga untuk diambil hikmah yang terkandung.
Kita jadikan hari-hari ke depan untuk lebih baik lagi. Tantangan di depan mata pasti selalu ada, terlebih untuk para apoteker, yakni tantangan pengetahuan masyarakat terkait obat di tahun 2025.
Tantangan ini lumayan kompleks disebabkan perkembangan teknologi yang semakin pesat, perubahan gaya hidup, dan aksesibilitas obat yang semakin mudah.
Berikut tantangan yang harus dihadapi oleh apoteker terhadap pengetahuan masyarakat mengenai obat antara lain:
- Mis-informasi di media digital
Tantangan pertamaka adalah semakin banyak informasi yang bertebaran di media digital seperti media sosial dan forum-forum online mengenai informasi tentang obat, tetapi tidak selalu akurat bahkan mengarahkan masyarakat kepada informasi hoax. Tidak sedikit masyarakat yang ikut terbawa informasi dan mempercayainya walaupun tidak memiliki dasar ilmiah. Bahkan mereka turut menyebarkan informasi tentang obat tersebut ke media digital lainnya sehingga bisa menimbulkan kesalahpahaman yang bisa membahayakan kesehatan masyarakat.
- Kemudahan akses tanpa edukasi yang memadai
Tak perlu datang ke apotek. Kini, masyarakat disuguhkan dengan berbagai marketplace dan apotek online. Kondisi tersebut belum diimbangi dengan pemahaman dan pengetahuan yang cukup tentang cara penggunaan obat yang tepat sehingga mereka membeli obat tanpa berkonsultasi dengan tenaga kesehatan sehingga minim edukasi tentang obat dan penyakit yang diderita.
- Kurangnya kesadaran tentang penggunaan obat rasional
Solusi instan dari permasalahan kesehatan bagi kebanyakan orang adalah dengan obat. Padahal tidak semuanya harus diatasi dengan obat, ada perubahan pola hidup, olahraga, menjaga kesehatan dan berbagai cara lainnya. Tantangan yang dihadapi adalah, apabila permasalahan kesehatan berujung pada obat, maka sangat rentan penggunaan obat yang tidak rasional, tanpa memperhatikan apakah obat tersebut benar-benar diperlukan yang akan berakibatkan overuse atau underuse.
- Ketergantungan pada obat bebas tanpa berkonsultasi
Swamedikasi bisa dilakukan namun tetap harus memperhatikan aturan dan arahan dari tenaga kesehatan baik itu dokter maupun apoteker agar bisa memahami batasan terkait pengobatan mandiri. Tantangan didepan adalah, jika tidak memahami batasan swamedikasi maka akan terjadi ketergantungan obat bebas yang menyebabkan penanganan yang kurang tepat bahkan bisa memperburuk kondisi kesehatan, sedikit-sedikit minum obat. Padahal tidak semua penyakit harus disembuhkan dengan obat.
- Kurangnya pemahaman terhadap obat generik
Tantangan berikutnya adalah bahwa masyarakat masih terstigmakan bahwa obat generik efektivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan obat bermerek. Padahal, obat generik memiliki kualitas yang sama dan harga lebih terjangkau. Obat bermerek lebih ‘tokcer’ daripada obat generik menurut mereka. Pemahaman inilah yang harus diluruskan dan dibenarkan agar masyarakat tidak berlarut dan berada pada kesalahamanan pengetahuan.