HOME
Blog  

Apoteker Berorientasi Pada Pasien

medium shot pharmacist helping patient

ZAMAN dulu apoteker itu dikenal dengan istilah product oriented (berorientasi pada produk), kini istilah itu bertransformasi menjadi patient oriented (berorientasi pada pasien).

Apabila dahulu apoteker hanya berada di belakang layar, sekarang apoteker berada di depan layar dan tampil berhadapan langsung dengan pasien.

Istilah product oriented mengacu pada pekerjaan kefarmasian yang hanya fokus pada aspek manajerial mulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi.

Dalam aspek manajerial apoteker tidak bertemu dengan pasien. Dia bekerja di belakang layar. Peranan ini sangat penting sebab standar pelayanan kefarmasian ada dua yakni manajerial dan farmasi klinik.

Sedangkan istilah patient oriented, berorientasi pada pasien, mengacu pada pekerjaan kefarmasian yang bersingungan langsung dengan pasien atau lebih dikenal dengan farmasi klinik.

Apoteker berinteraksi langsung dengan pasien. Apoteker ikut visite tim bersama dengan tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, perawat, gizi, bidan, fisioterapis, dan lainnya.

Semua tenaga kesehatan berorientasi yang sama yakni pada pasien.

Muncul juga istilah patient center atau pelayanan yang berpusat pada pasien. Jika digambarkan dalam satu bagan, di tengah-tengahnya ada pasien yang dikelilingi oleh semua tenaga kesehatan salah satunya apoteker.

Dengan adanya patient center atau patient oriented memunculkan satu istilah dalam bidang farmasi yakni pharmaceutical care yakni pelayanan kefarmasian.

Pasien akan mendapatkan pelayanan kefarmasian sesuai dengan penyakit yang diderita. Setiap penyakit berbeda-beda pelayanan kefarmasiannya.

Seperti di rumah sakit, seorang apoteker akan melakukan visite baik tim ataupun individual kepada pasien dengan terlebih dahulu melakukan rekonsiliasi obat.

Rekonsiliasi obat dilakukan agar tidak terjadi penggandaan obat yang digunakan sebelum masuk rumah sakit dengan obat yang digunakan di rumah sakit.

Setelah itu apoteker melakukan pengisian catatan perkembangan pasien terintergasi (CPPT) dengan menerapkan metode yang umum yakni SOAP yang terdiri dari subjektive, objektive, assessment, dan plan.

Di CPPT ini beberapa tenaga kesehatan melakukan SOAP dan berkomunikasi untuk saling memberikan perlakuan kepada pasien.

Apoteker berorientasi pada pasien, dia akan bertemu langsung dengan pasien dan menanyakan perkembangan pasien setelah diberikan obat. Apoteker pun memastikan bahwa pasien patuh dalam meminum obat saat di rawat.

Exit mobile version