‘Sendiri kita bisa melakukan begitu sedikit. Bersama-sama kita bisa melakukan banyak hal.’ (Helen Keller)
APOTEKER era sekarang tidak bisa menutup mata dengan perkembangan zaman dan teknologi.
Perkembangan zaman yang menuntut apoteker harus berkolaborasi bukan sebaliknya hanya mementingkan diri sendiri.
Berkolaborasi berarti apoteker membuka diri untuk bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya.
Jangan sampai apoteker menutup diri dan tak mau berkolaborasi dengan unsur-unsur yang berhubungan dengan pekerjaan kefarmasian.
Apoteker harus berkolaborasi, berarti kita melakukan hal bersama-sama dengan satu tujuan yang sama.
Kolaborasi ini yang akan saling menguatkan dan melengkapi antar satu profesi kesehatan dengan yang lainnya.
Ketika hendak membuat tempat praktik kefarmasian, apoteker bisa berkolaborasi dengan praktik dokter atau menyiapkan langsung ruangan untuk dokter.
Ini adalah contoh real yang ada di lapangan. Namun, tidak semua apoteker menerapkannya, masih ada beberapa yang terbilang ‘egois’ karena cukup dengan mendirikan apotek.
Padahal, sumber pendapatan apotek yang paling tinggi adalah dari obat-obatan resep.
Obat-obatan non resep memiliki margin keuntungan yang kecil daripada obat-obatan resep.
Untuk itu, agar apotek bisa maksimal dan praktik kefarmasian bisa diterapkan di apotek tersebut maka apoteker harus berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.
Selain itu, para apoteker juga bisa saling berkolaborasi antar sesama apoteker untuk mendirikan apotek jejaring yang dikelola oleh beberapa apoteker.
Normalnya memang satu apotek memerlukan satu apoteker, tapi kondisi di lapangan satu apotek dikelola oleh beberapa apoteker (apoteker tidak ber-SIA).
Apa yang terjadi bila kita ketika menyapu sampah di pekarangan rumah, tetapi menggunakan satu lidi panjang? Hal yang nyaris mustahil dilakukan bukan?
Berbeda hal dan cerita, saat menyapu pekarangan rumah dengan banyak lidi atau kita lebih populer dengan istilah sapu lidi. Itulah analogi berkolaborasi dengan bekerja sendirian.
Saat sendirian, apoteker tidak bisa maksimal dalam melakukan berbagai hal.
Ketika berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya maka akan lebih maksimal proses yang akan dilalui. Belajar dari kisah sapu lidi di atas. Berarti memang memerlukan terobosan yang baru.
Kolaborasi menjadi satu hal yang harus apoteker diterapkan. Mau tidak mau, apoteker harus berkolaborasi. Saling mengingatkan, saling mendukung, dan saling melengkapi antar satu dengan yang lainnya.
Singkirkan jauh-jauh rasa egois yang tidak mau membuka diri bahkan menutup rapat-rapat diri seorang apoteker.