Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90

Pentingnya Apoteker Mendalami Ilmu Farmakoekonomi

farmaeko Nelly e1716463975889
banner 120x600
banner 468x60

Cost-effectiveness analysis (CEA) digunakan untuk membandingkan biaya dan outcome dari dua atau lebih intervensi yang memiliki tujuan yang sama.

Meski lebih mahal, suatu opsi mungkin dipilih karena hasil pencapaian tujuan juga tinggi sehingga biaya per satuan outcome-nya lebih rendah atau cost-effective.

Iklan ×

Bila outcome yang digunakan adalah perspektif konsumen (utility) maka dikenal sebagai Cost Utility Analysis (CUA).

Ilmu farmakoekonomi telah berkembang dengan pesat di berbagai negara termasuk di Asia-Pasifik.

Data farmakoekonomi semakin dibutuhkan di banyak negara, seperti Thailand, Korea Selatan, Filipina dan Taiwan, terutama sebagai bukti pendukung dalam pengambilan keputusan obat yang akan dimasukkan dalam formularium, daftar obat esensial atau untuk persetujuan obat baru.

Termasuk di Indonesia, kajian farmakoekonomi di tingkat lokal sudah dirasakan sangat dibutuhkan untuk menyediakan data pendukung dalam proses HTA dan seleksi obat Formularium.

Farmakoekonomi sangat penting dalam membantu upaya pengendalian biaya obat, terutama dalam penerapan JKN.

Dalam pemilihan obat, faktor efikasi dan keamanan (safety dan efficacy) merupakan salah satu pertimbangan yang penting, namun pertimbangan ekonomi menjadi sangat penting dalam hal keterbatasan anggaran.

Aspek pengendalian mutu sekaligus biaya obat, menjadi salah satu hal penting yang mendapatkan perhatian dalam penerapan JKN.

Baca Juga  Branding Profesi Apoteker Terstruktur dengan Membangun Citra dan Meningkatkan Peran Apoteker di Apotek

Kementerian Kesehatan telah menetapkan Formularium Nasional (Fornas) sebagai acuan penggunaan obat dalam JKN, yang salah satunya mempertimbangkan semua aspek tersebut (safety, efficacy, economy) dengan berbasis bukti (evidence-based medicine, EBM) dalam proses seleksi obat.

Mengingat terbatasnya studi atau analisis bidang ini di Indonesia, akan menyebabkan pengambilan keputusan didasarkan pada hasil analisis dari Negara lain.

Hal ini tidak selamanya dapat dilakukan, terutama jika hasil studi dari luar negeri tersebut tidak relevan dengan kondisi Indonesia.

Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan banyak studi farmakoekomi dan HTA untuk memenuhi kebutuhan data dalam negeri, yang sesuai dengan populasi dan pembiayaan di Indonesia.

Untuk melakukan analisis farmakoekonomi dibutuhkan dua data utama yaitu data biaya dan data klinis (outcome).

Kedua jenis data ini dapat diperoleh secara langsung dari pengumpulan data di fasilitas kesehatan atau pasien (data primer), maupun diperoleh dari studi lain yang sudah ada atau literatur (data sekunder).

Selanjutnya kedua data tersebut dianalisis dengan metode yang sesuai atau dilakukan analisis menggunakan permodelan ekonomi yang sesuai untuk mengetahui rasio dari biaya dan outcome.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *