HOME
Blog  

Apoteker Mendengarkan Bukan Mendengar

national cancer institute NNpo liY5aU unsplash

‘Satu di antara bentuk rasa hormat yang paling tulus sebenarnya adalah mendengarkan apa yang dikatakan orang lain’ – Bryant H. McGill

 APOTEKER mendengarkan saat berpraktik. Menjadi pendengar yang baik, bukan hanya sekedar mendengar.

Kita mengenal istilah mendengar dan mendengarkan. Apakah perbedaan keduanya?

Mendengar ialah menangkap suara (bunyi) dengan telinga. Sedangkan mendengarkan ialah mendengar sesuatu dengan sungguh-sungguh.

Singkatnya, mendengar bisa diartikan menangkap suara secara tidak sengaja, mendengarkan yakni menangkap suara dengan serius dan memperhatikan sumber suara.

Apoteker saat berpraktik harus mendengarkan,  yakni menjadi seorang pendengar yang baik.

Dengan sungguh-sungguh memperhatikan dan empati terhadap permasalahan kesehatan pasien.

Apoteker mendengarkan apapun keluhan pasien dan permasalahan yang dihadapi pasien, kemudian kita berikan penjelasan ataupun solusi tentang persoalan yang dihadapinya.

Dengan mendengarkan, pasien merasa nyaman dan dihormati keberadaan mereka saat berbicara langsung dengan apoteker.

Bagaimana rasanya seorang pasien saat berbicara hanya didengar oleh apoteker? Apoteker yang diajak berbicara sibuk dengan kegiatannya sendiri, pasien merasa tidak nyaman bahkan ‘seolah-olah’ seperti bicara sendiri.

Satu kemampuan yang harus dikuasai dan didalami oleh apoteker yakni kemampuan mendengarkan.

Tidak semua orang bisa mendengarkan dengan seksama. Mereka lebih memilih mendengar.

Apoteker dituntut agar menjadi pendengar yang baik. Bagaimana bisa menjadi pendengar yang baik jika pribadi tidak mau mendengarkan pasien berbicara?

Terkadang, apoteker lebih memilih banyak berbicara dengan pasien daripada mendengarkan pasien berbicara.

Sebagian orang berpendapat bahwa mendengarkan itu membosankan, hanya membuang waktu dan sia-sia.

Padahal, bagi seorang pasien ada rasa kepuasan tersendiri jika bisa didengarkan keluhan ataupun kisah tentang kesehatan dirinya.

Layaknya kita saat berbicara ingin didengarkan, maka kita pun harus bisa mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh pasien.

Pasien dengan berbagai latar belakang dan kondisi yang berbeda-beda sehingga cara mendengarkannya turut berpengaruh dalam sebuah komunikasi.

Tak ada salahnya kita berdiam sejenak untuk mendengarkan dengan teliti dan seksama saat berbicara dengan pasien.

Kita tampung dan serap semua keluhannya, jika memang perlu ditanggapi kita tanggapi dengan bijaksana tanpa harus mengecilkan hati pasien.

Kisah satu ini terjadi di sebuah apotek. Saat seorang pasien datang ingin membeli obat, sebelumnya dia berkonsultasi terlebih dahulu dengan apoteker mengenai penyakit yang dideritanya.

Writer: apt. Aulia Rahim, M.Farm. (Tim Media Nasional IAI/ PD IAI Kalimantan Selatan)Editor: apt Dra Tresnawati
Exit mobile version